Sabtu, 16 April 2016

Solusi Pemasaran Produk Industri Kerajinan Anyaman Pandan Desa Grenggeng 
dalam Upaya Peningkatan Ketahanan Ekonomi Nasional


        Di era globalisasi ini, persaingan di bidang ekonomi semakin ketat. Setiap negara terus berlomba meningkatkan ketahanan ekonomi wilayahnya, tak terkecuali Indonesia. Akan tetapi, Indonesia yang tergolong negara agraris mengalami banyak kesulitan dalam mengembangkan perekonomiannya terutama dalam sektor industri. Hal ini disebabkan kualitas sumber daya manusia yang kurang memadai. Oleh sebab itu, muncullah sebuah inovasi baru dalam mengembangkan industri nasional melalui program industri kreatif berskala kecil dan menengah atau yang sering disebut dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). UMKM ini memiliki potensi yang besar dalam peningkatan ekonomi nasional melalui pengembangan potensi daerah tanpa mengabaikan prinsip berkelanjutan, salah satu realisasinya adalah industri kerajinan anyaman pandan di Desa Grenggeng, Kabupaten Kebumen. Akan tetapi, industri yang potensial ini belum mampu memberikan dampak positif yang nyata bagi kesejahteraan masyarakat setempat
      
      Desa Grenggeng memiliki potensi alam yang cukup besar, di antaranya jenis tanah subur seperti alluvial, latosol, podzolik, regosol, asosiasi, glei humus dan alluvial kelabu, asosiasi litosol, serta mediteran coklat (Hidayat Chusnul Chotimah, 2011). Potensi tanah tersebut sangat baik bagi pertumbuhan tanaman pandan. Hal ini akan memberikan dampak postitif pada kualitas dan kuantitas pandan yang dihasilkan dan akan mendukung berkembangnya industri tersebut.


    Selain itu, faktor lain yang mendukung keberhasilan industri anyaman pandan yaitu limbah produksi anyaman pandan dapat dimanfaatkan kembali sebagai kompos yang ramah lingkungan (Sarno, 2013). Kompos yang dihasilkan dari limbah produksi akan sangat menguntungkan baik secara ekonomi maupun secara ekologi. Hal ini tentunya mendukung kelangsungan pertanian sebagai mata pencaharian utama mayoritas penduduk setempat di samping pekerjaan sampingan sebagai pengrajin anyaman pandan.

   Industri anyaman pandan di Desa Grenggeng, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Kebumen tergolong home industry yang pengerjaannya dilakukan secara manual (hand made) dengan menerapkan prinsip gotong royong. Aktivitas pembuatan kerajinan ini telah dilakukan secara turun-temurun sejak zaman nenek moyang sebagai mata pencaharian pendukung selain bertani.
 
   Sebenarnya, jika dioptimalkan, industri kerajinan anyaman pandan mampu memberikan dampak positif khususnya bagi perekonomian masyarakat sekitar. Industri kerajinan anyaman pandan mampu memberikan dampak di bidang ekonomi yang terdiri dari adanya penciptaan lapangan kerja baru, peningkatan pendapatan masyarakat, penurunan angka kemiskinan, penurunan perilaku konsumtif, penguatan solidaritas masyarakat, dan mampu menggerakkan sektor-sektor lain untuk lebih berkembang (Hidayat Chusnul Chotimah, 2011).

   Akan tetapi, pada kenyataannya, industri kerajinan anyaman pandan di desa Grenggeng belum mampu mewujudkan dampak-dampak positif tersebut. Hal ini dibuktikan dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Karanganyar masih berada di peringkat 5 terbawah Kabupaten dengan nilai pertumbuhan 0,80% (BAPPEDA Kebumen, 2011).
  Secara umum, belum terwujudnya dampak-dampak positif dari industri kerajinan anyaman pandan disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya adalah program pemerintah yang kurang tepat sasaran, hubungan pemerintah yang kurang dekat dengan para pengrajin, serta kreativitas dan inovasi dalam diversifikasi produk yang kurang berkembang.

   Solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahan pemasaran produk kerajinan anyaman pandan di Desa Grenggeng, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Kebumen adalah melalui metode geo-marketing. Metode geo-marketing adalah integrasi ilmu geografi ke dalam beragam aspek pemasaran, termasuk penjualan dan distribusi. Pendekatan geo-marketing yang digunakan dalam parameter penelitian meliputi routing, territorial planning, dan site selection guna mendapatkan konsumen yang tepat sasaran dengan memperhatikan lokasi produksi dan metode distribusi agar tercipta sistem pemasaran yang efektif dan efisien. (Melih Oztalay, 2010). Geo-Marketing memang berkaitan erat dengan Sistem Informasi Geografi (SIG) dalam operasinya. Akan tetapi, dalam interpretasi yang lebih luas, geo-marketing tidak hanya membatasi pada lingkup SIG saja, melainkan mencakup semua aspek digital and networking termasuk websearch, mobile marketing, dan social media marketing.


Metode geo-marketing ini dapat diterapkan ke dalam beberapa langkah konkret, diantaranya
1. Mendirikan Sentra Produk Anyaman Pandan Kebumen
    Sentra industri adalah sentra industri kecil yang merupakan sekumpulan kegiatan industri kecil sejenis yang lokasinya mengelompok pada jarak yang tidak terlalu berjauhan (Nomor 16/Permen/M/2006). Melalui pendekatan geo-marketing, dapat didirikan beberapa outlet penjualan yang lokasinya strategis 4
sebagai bagian dari sistem sentra produk anyaman pandan Kebumen setelah dikaji secara mendalam melalui SIG agar mendapatkan konsumen yang tepat sasaran dengan distribusi yang efisien. Sistem yang baik dapat mendatangkan keuntungan yang besar dan mampu menjangkau pasar yang lebih luas baik dalam bahkan luar negeri.
   Selain itu, sentra industri akan membuat sebuah pintu dalam pemasaran produk kerajinan pandan secara jelas sehingga tercipta standardisasi harga produk yang stabil dan tidak mudah dipermainkan oleh pasar.
2. Shop in map
   Konsumen produk kerajinan anyaman pandan tidak hanya berasal dari satu lokasi tertentu saja, tetapi juga dari berbagai tempat yang berbeda. Untuk mempermudah akses informasi bagi konsumen, shop in map juga dapat dijadikan alternatif promosi dan iklan produk kerajinan anyaman pandan.
  Shop in Map dapat diimplementasikan bersama SIG. Saat ini, telah banyak produk SIG yang dapat dinikmati dengan user interfence yang mudah dan menarik dalam berbagai perangkat komunikasi, contohnya adalah Google Maps, Nokia Maps, Google Earth, dan sebagainya. Implementasi Shop In Map dalam SIG dapat dilakukan dengan pendataan outlet penjualan produk anyaman pandan untuk dicantumkan dalam peta di database SIG. Dengan cara ini, konsumen yang sedang menggunakan layanan peta online dapat mengetahui adanya outlet produk anyaman pandan Kebumen. Di peta tersebut dapat dicantumkan sekilas informasi dan tautan ke website resmi penjualan kerajinan anyaman pandan agar konsumen dapat memperoleh informasi yang lebih lengkap. Cara ini diharapkan dapat memperluas jangkauan pemasaran produk.
3. Optimalisasi Program “ACI”
   Segala upaya pemasaran tidak akan berhasil tanpa adanya ketertarikan konsumen terhadap produk yang dipasarkan. Dalam hal ini, produk yang yang dimaksud adalah produk lokal, yakni produk kerajinan anyaman pandan. Melalui program ACI atau Aku Cinta Indonesia, kesadaran masyarakat akan pentingnya cinta produk lokal akan meningkat. Dengan berjalannya program ACI ini, pemasaran produk akan tetap berjalan dengan sendirinya tanpa terbatas hambatan geografis. Pemasaran ini dapat berjalan melalui mulut ke mulut, jejaring sosial, hingga media massa. Dengan optimalisasi program ACI ini diharapkan pemasaran produk mampu meluas hingga taraf nasional bahkan internasional.
  Peningkatan ketahanan ekonomi nasional dalam sektor industri dapat dilakukan dengan program penyuksesan UMKM. UMKM dapat secara fleksibel diterapkan di tingkat daerah sesuai dengan potensi sumber daya alam dan manusianya masing-masing. Akan tetapi, terdapat beberapa kendala yang sering dijumpai dalam operasi UMKM sehingga UMKM tersebut belum menunjukkan dampak positif terhadap perekonomian warga setempat. Di antara beberapa kendala yang timbul dalam operasi UMKM, yang paling menonjol adalah mengenai pemasaran produk. Begitu pula dengan kendala yang dialami industri kerajinan anyaman pandan di Desa Grenggeng, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Kebumen. Meski demikian, masalah pemasaran ini dapat diatasi dengan penerapan konsep Geo-Marketing dalam beberapa solusi, diantaranya dengan mendirikan sentra produk kerajinan anyaman pandan Kebumen, Shop in Map, dan optimalisasi program ACI. Dengan menerapkan solusi ini diharapkan industri kerajinan anyaman pandan Desa Grenggeng mampu berjalan optimal sehingga dapat meningkatkan ketahanan ekonomi wilayahnya secara langsung serta dapat membantu meningkatkan ketahanan ekonomi nasional secara tidak langsung

Minggu, 20 Maret 2016

economy teory

Permintaan Perorangan dan Permintaan Pasar 
 
 
Pengertian permintaan perorangan     
 Permintaaan individu adalah jumlah suatu komoditi yang bersedia dibeli individu selama periode waktu tertentu merupakan fungsi dari atau tergantung pada harga komoditi itu, pendapatan individu, harga komoditi lain, dan citarasa individu. 
 Disini akan diperlihatkan bagaimana kurva permintaan konsumen perorangan yang mengikuti pilhan pilihan yang dibuat seorang konsumen yang menghadapi keterbatasan anggaran . kurva permintaan perorangan untuk suatu komoditi dapat diperoleh dari informasi mengenai selera mereka untuk semua barang serta keterbatasan anggaran mereka

 
Pengertian Permintaan Pasar
Permintaan sering diartikan sebagai suatu keinginan untuk memenuhi suatu kebutuhan yang di ekspresikan melalui pembelian barang dan jasa. Bagi produsen, permintaan adalah sesuatu yang harus dipenuhi melalui penciptaan produk atau jasa sesuai dengan yang diinginkan, karena dengan memenuhi permintaan akan diperoleh keuntungan sesuai dengan yang diharapkan dan yang menjadi tujuan utamanya. Pengukuran permintaan pasar memperlihatkan pemahaman yang jelas akan pasar yang tercakup. Menurut pengertian sehari hari, permintaan pasar dapat diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang dibutuhkan. Jalan pikiran ini berangkat dari titik tolak bahwa manusia memiliki kebutuhan dan atas dasar kebutuhan inilah individu mempunyai permintaan akan barang atau jasa.

Menurut Rina (2008 : 325) permintaan pasar untuk suatu produk adalah jumlah volume total yang akan dibeli oleh kelompok pelanggan tertentu dalam wilayah geografis tertentu dalam jangka waktu tertentu dan dalam lingkungan pemasaran tertentu dibawah program pemasaran tertentu. Fungsi-fungsi permintaan pasar yaitu :
a.       Peminatan pemasaran sebagai fungsi dari pengeluaran pemasaran industri (diasumsikan lingkungan pemasaran tertentu).
b.      Peminatan pemasaran sebagai fungsi dari pengeluaran pemasaran industri (diasumsikan dua lingkungan yang berbeda).
Menguji metode untuk mengestimasi permintaan dimasa yang akan datang sangat sedikit produk atau jasa yang mudah dibuat ramalannya. Dikebanyakan pasar, permintaan total dan permintaan perusahaan tidaklah stabil dan ramalan yang baik menjadi faktor kunci bagi keberhasilan perusahaan.

Menurut Mc.Eachern (2000 : 42) : “pemasaran dapat didefinisikan sebagai jumlah produk yang diinginkan dan mampu dibeli konsumen pada berbagai kemungkinan harga selama jangka waktu tertentu dan hal lain diasumsikan konstanta”. Dengan demikian dapat dikatakan permintaan adalah keinginan serta kemampuan konsumen  untuk memiliki suatu barang atau jasa tertentu dengan tingkat harga dan waktu tertentu.

Menurut Lamb, et al (2001 : 280) : “mendefinisikan pasar adalah orang-orang atau organisasi dengan kebutuhan atau keinginan dan kemampuan serta keinginan untuk membeli”.

Salah satu konsep utama dalam pengukuran permintaan adalah permintaan pasar. Langkah pertama adalah mengevaluasi peluang pemasaran adalah mengestimasi total permintaan pasar. Maka permintaan pasar untuk suatu produk adalah volume total yang akan dibeli kelompok pelanggan dalam wilayah geografis tertentu, dalam jangka waktu tertentu, dalam lingkungan pemasaran tertentu, dan dalam program pemasaran tertentu.
Dapat dilihat bahwa total permintaan pasar bukan merupakan jumlah, tetapi melainkan fungsi dari kondisi yang ditetapkan. Diketahui bahwa fungsi permintaan pasar bukanlah gambar permintaan pasar sepanjang waktu.
Misalnya jika terdapat dua individu yang identik (1 dan 2) di pasar, masing- masing dengan permintaan untuk momoditi X, Qdx = 8-Px, maka permintaan pasar (QDx) diperoleh seperti ditunjukan pada tabel dan gambar berikut (Salvatore, 1993).
Permintaan Individu dan Permintaan Pasar


Permintaan Individu Dan Permintaan Pasar
Kurva permintaan pasar untuk komoditi X (Dx) akan bergeser apabila kurva permintaan individu bergeser (kecuali pergeseran yang terakhir menetralisir satu sama lain) dan akan berubah dari waktu ke waktu bila jumlah konsumen di pasar untuk komoditi X berubah  
 
sekian penjelasan ringkas tentang permintaan individu/perorangan dan permintaan pasar .. semoga bermanfaat :)
 

Rabu, 14 Oktober 2015

PENGUATAN MIKRO



PENGEMBANGAN USAHA MICRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) SEBAGAI KEKUATAN STRATEGIS DALAM MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN DAERAH



EXECUTIVE SUMMARY
            Makalah ini membahas tentang pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebagai kekuatan strategis dalam mempercepat pembangunan daerah. Dalam hubungan ini khususnya sektor usaha mikro memang menduduki posisi strategis dalam pembangunan sebagai safety belt, karena pertumbuhan UMKM setiap tahunnya semakin meningkat.
            Usaha Mikro Kecil dan Menengah memiliki posisi penting, bukan saja dalam penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat di daerah, dalam banyak hal mereka menjadi perekat dan menstabilkan masalah kesenjangan sosial. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu upaya untuk menumbuhkan iklim kondusif bagi perkembangan UMKM dalam mempercepat pembangunan daerah.
            Menempatkan usaha mikro kecil dan menengah sebagai sasaran utama pembangunan harus dilandasi komitmen dan koordinasi yang baik antara pemerintah, pembisnis dan lembaga non bisnis serta masyarakat setempat dengan menerapkan strategi Agresif yang berbasis pada ekonomi jaringan (Kemitraan); Pengembangan usaha mikro kecil dan menengah keseluruhan dengan cara memberi dukungan positif dan nyata terhadap  pengembangan sumber daya manusia (pelatihan kewirausahaan), teknologi, informasi, akses pendanaan serta pemasaran, Perluasan pasar ekspor, merupakan indikator keberhasilan membangun iklim usaha yang berbasis kerakyatan.

Kata kunci:    Small Businees, middle Businees, medium Businees, Financial, Government, Strategy, Human Reseurcess, Network, Promotion, Market.



Pendahuluan
Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) harus diakui sebagai kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat pembangunan daerah, oleh karena pertumbuhan Usaha Mikro kecil dan Menengah setiap tahun mengalami peningkatan, dimana jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 48,9 Juta unit, dan terbukti memberikan kontribusi 53,28% terhadap PDB (Pendapatan Domestik Bruto) dan 96,18% terhadap penyerapan tenaga kerja. Selain itu, selama 2005-2008, laju pertumbuhan PDB UMKM dengan minyak dan gas (Migas) dan tanpa migas ternyata tidak berbeda jauh, hanya pada PDB tanpa migas agak tertarik ke atas..
            Sepanjang 2005-2008 kumulatif pertumbuhan PDB migas UMKM masing-masing: 5,61%; 5,52%; 5,97%; dan 5,40%, sedangkan pertumbuhan tanpa migas masing-masing: 5,62%; 5,55%; 5,99%; dan 5,41%. Bandingkan dengan pertumbuhan PDB usaha besar, dengan migas masing-masing: 3,77%; 4,42%; 5,32% dan 5,60% sedangkan tanpa migas masing-masing: 5,81%; 6,64%; 7,49%; dan 7,17%.
            Data pertumbuhan PDB selama 4 (empat) tahun itu, tampak bahwa dengan migas laju pertumbuhan UMKM lebih baik daripada laju pertumbuhan usaha besar, walaupun pertumbuhan PDB usaha besar cenderung meningkat terus setiap tahunnya. Bila dicermati dari laju pertumbuhan PDB tanpa migas, pertumbuhan PDB usaha besar lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan PDB UMKM. Ini menunjukkan pertumbuhan PDB migas yang umumnya dikelola oleh usaha besar mengalami penurunan setiap tahunnya.
            Dari data tersebut di atas, berarti kita tidak boleh mengabaikan keberadaan UMKM yang strategis baik secara nasional maupun di daerah. UMKM memiliki posisi penting, bukan saja dalam penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat di daerah, dalam banyak hal mereka menjadi perekat dan menstabilkan masalah kesenjangan sosial. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu upaya untuk menumbuhkan iklim kondusif bagi perkembangan UMKM dalam mempercepat pembangunan daerah.

Kriteria Usaha  Mikro Kecil Dan Menengah.
Konsep Usaha Kecil itu sendiri sesungguhnya, dari 48,9 juta usaha kecil di Indonesia, hanya 1 juta  unit lebih yang benar-benar dapat di sebut sebagai pengusaha kecil. Koperasi pun hanya 80 ribu lebih, lebih dari 47,50 juta pengusaha sesungguhnya dikategorikan sebagai usaha mikro. Dengan demikian, bila kita berbicara tentang UMKM perlu di ingat bahwa sebetulnya kebanyakan usaha yang kita bahas itu bersifat sangat kecil.  Sampai saat ini masih terdapat perbedaan mengenai kriteria pengusaha kecil baik yang ada dikalangan perbankan, lembaga terkait, biro statistik (BPS),  maupun menurut kamar dagang dan industri Indonesia (KADIN). Perbedaan kriteria tersebut  adalah Bank Indonesia. Suatu perusahaan atau perorangan yang mempunyai total assets maksimal Rp. 600 juta tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati. Untuk Departemen Perindustrian kriteria usaha kecil sama dengan Bank Indonesia. Biro Pusat Statistik (BPS); Usaha rumah tangga mempunyai : 1-5 tenaga kerja, Usaha kecil mempunyai : 6-19 tenaga kerja, Usaha menengah mempunyai : 20-99  tenaga kerja. Kamar Dagang  Industri Indonesia (KADIN); Industri yang mempunyai total assets maksimal Rp.600 juta termasuk rumah dan tanah yang ditempati dengan jumlah tenaga kerja dibawah 250 orang. Departemen Keuangan; Suatu badan usaha atau  perorangan yang mempunyai assets setinggi-tingginya Rp. 300 juta atau yang mempunyai omset penjualannya maksimal Rp. 300 juta per tahun.
Sebagai permbandingan dikemukakan pula beberapa kriteria usaha kecil beberapa Negara berkembang seperti India, Thailand dan Philipina. India,  Industri yang memiliki pabrik dan mesin-mesin beserta perlengkapannya dengan fixed assets maksimal Rupe 2.500.000 atau sekitar Rp. 496,4 juta. Thailand  Industri yang memiliki fixed assets maksimal Bath 2.000.000 atau sekitar Rp. 438,1  juta. Philipina Usaha rumah tangga industri adalah yang nilai fixed assets kurang dari Pesos 100.000 atau sekitar Rp. 16   juta. Small industry adalah yang nilai fixed assetsnya antara Pesos 100.000 s/d 1.000.000 atau sekitar Rp. 160,8 juta.
Usaha berskala  mikro, kecil dan menengah dalam arti yang sempit seringkali dipahami sebagai suatu kegiatan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja dan atau assets yang relatif kecil. Bila hanya komponen ini dijadikan sebagai patokan dalam menentukan besar kecilnya skala usaha maka banyak bias yang terjadi, sebagai contoh sebuah perusahaan yang memperkejakan 50 orang karyawan di Amerika Serikat di kategorikan sebagai perusahaa kecil (relatif terhadap ukuran ekonomi Amerika Serikat). Sementara itu untuk ukuran yang sama, sebuah perusahaan di Bolivia tidak lagi masuk dalam kategori usaha kecil. Dengan demikian, diperlukan komponen atau karakteristik lain dalam melakukan penilaian ukuran usaha, misalnya dengan melihat tingkat informalitas usaha dengan berdasarkan kepada dokumen-dokumen usaha yang dimiliki, tingkat kerumitan teknologi yang digunakan,  padat karya  dan lain sebagainya.
Perbedaan beberapa kriteria tersebut dapat dimengerti karena alasan   kepentingan pembinaan yang spesifik dari masing-masing sektor/kegiatan yang bersangkutan. Namun disadari pula bahwa dalam beberapa hal perbedaan tersebut dapat menimbulkan kesulitan bagi suatu lembaga peneliti terutama dalam pengambilan sample penelitian, sehingga hasilnya dapat menimbulkan persepsi berbeda.
Sehubungan dengan kesulitan yang ditimbulkan di atas, maka sejak tahun 1995 telah diadakan kesepakatan bersama antar instansi BUMN  dan perbankan untuk menciptakan suatu kriteria  usaha kecil, yaitu suatu badan atau perorangan yang mempunyai total  assets  maksimal Rp. 600 juta tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati.

Strategi Pembangunan
            Sadar atau tidak, dalam era desentralisasi dan globalisasi sekarang, setiap masyarakat di daerah menghadapi tantangan yang berbeda dari lingkungan eksternal. Dalam kaitan ini, pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan sama yang berlaku umum dari tingkat pusat. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan haruslah sesuai dengan spesifikasi atau kondisi yang dibutuhkan oleh daerah yang bersangkutan.
            Masalah daerah memerlukan solusi kedaerahan. Wewenang yang selama ini dipengang pemerintah pusat harus diberikan kepada pemerintah daerah untuk menangani masalah di daerahnya. Dalam kaitan ini, strategi pembangunan daerah haruslah dilakukan dengan proses kolaborasi berbagai unsur terkait dengan masyarakat di daerah. Kebijakan dan strategi yang dikembangakan harus menggunakan sumberdaya lokal yang efisien, termasuk sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya budaya. Lintas pelaku di masyarakat harus bekerja sama untuk meningkatkan nilai sumberdaya setempat.
            Untuk itu, perlu diperhatikan bahwa peran UMKM strategis untuk menciptakan tenaga kerja, kesejahteraan dan peningkatan standar hidup masyarakat setempat. Pertumbuhan UMKM tergantung dari kondisi lingkungan bisnis yang dibuat sebagai usaha bersama antara UMKM, Pemerintah dan entitas masyarakat setempat.
            Adapun unsur lingkungan bisnis kondusif yang perlu menjadi perhatian, meliputi ketersediaan modal, infrastruktur dan fasilitasnya, ketersediaan tenaga terampil, layanan pendidikan dan pelatihan, jaringan pengetahuan, ketersediaan layanan bisnis, lembaga lingkungan pendukung pembangunan daerah, dan kualitas pengelolaan sektor publik.
            Sebagai persyaratan agar strategi pembangunan daerah bekerja dengan baik, maka harus ada evaluasi terhadap kekuatan dan kelemahan masyarakat, identifikasi kesempatan bagi UMKM, pengurangan hambatan bisnis, dan pemberian kesempatan lintas pelaku setempat untuk berpartisipasi dalam proses.
            Dalam pembangunan daerah ini, strategi dan pendekatan yang bisa dilakukan, a.l. investasi dibidang infrastruktur, penyediaan insentif bagi investasi bisnis, mendorong pengembangan investasi baru, pengembangan klaster, pengembangan kemitraan, pengembangan kesempatan kerja, penyediaan layanan pelatihan dan konsultasi, pengembangan lembaga keuangan mikro, penguatan proteksi lingkungan, pengembangan tanggung jawab sosial perusahaan, perlindungan terhadap warisan budaya, dan pendirian lembaga pembangunan daerah.

Pemerintah Daerah
            Untuk mempercepat pembangunan daerah, maka pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan pembangunan harus lelalu mengintegrasikan semua lintas pelaku, termasuk berbagai unsur dalam pemerintah daerah, bisnis, organisasi nirlaba dan penduduk lainnya.
            Lintas pelaku harus bekerjasama untuk membuat kerangka kerja formal dan informal atau lembaga untuk mendorong interaksi dan mengatur hubungan antar lembaga. Fleksibilitas harus menjadi kunci dari kerangka kerja dan lembaga yang harus menyalurkan perhatian dan kepentingan yang relevan dalam proses dan mobilisasi sumber daya masyarakat.
            Percepatan pembangunan pemerintahan daerah mungkin memerlukan pendirian suatu organisasi pengembangan khusus, yang bertanggungjawab dalam pengordinasian seluruh lintas pelaku dan berfungsi sebagai juru bicara rencana aksi atau platform yang ingin dituju.
            Organisasi ini harus membentuk jejaring untuk pembangunan daerah untuk peningkatan efisiensi pengalokasian sumberdaya serta berbagai pengetahuan dan informasi. Operasionalisasi dan pembiayaan organisasi ini harus didukung oleh lintas pelaku daerah.
            Salah satu misi utama dari pemerintah daerah adalah menggambarkan dan mengimplementasikan seluruh strategi pembangunan. Proses ini harus dimulai dengan penetapan tujuan yang jelas dan memahami kondisi daerah setempat.
            Entitas harus juga mempertimbangkan keberlanjutan pada semua tahapan perencanaan dan implementasi untuk menjamin suatu lingkungan yang sehat dan suatu kualitas hidup yang baik. Strategi yang diterapkan haruslah dikembangkan dengan pembagian tenaga kerja antar pelaku sesuai dengan kekuatan dan sumberdaya mereka. Sejalan dengan tren desentralisasi, peran pemerintah daerah menjadi semakin penting dalam pembangunan. Otoritas pemerintah daerah harus menyediakan petunjuk dan bantuan untuk efektifitas dan efisiensi implementasi pengembangan strategi. Simplikasi dan deregulasi prosedur birokrasi harus dilakukan untuk mengurangi biaya bisnis. Pemerintah daerah harus menjembatani antara masyarakat dan otoritas pemerintah yang lebih tinggi.

Promosi Inovasi
            Seorang wirausaha secara umum mampu memanfaatkan kesempatan untuk pengembangan kapasitas ekonomi dan pengalokasian sumber daya secara efektif. Sejalan dengan tren baru dalam pembangunan ekonomi, wirausaha juga harus mampu menghadapi kompetisi dan berinovasi, menghasilkan pertumbuhan ekonomi, pembaharuan teknologi, penciptaan lapangan kerja dan perbaikan kesejahteraan masyarakat setempat.
            Sumber daya lokal harus dimanfaatkan untuk mendorong pengembangan bisnis dengan memfasilitasi pengusaha untuk mengakses informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, modal, dan sumber daya manusia yang dibutuhkan bagi keberhasilan bisnisnya. Lebih penting lagi, otoritas daerah harus mampu melakukan upaya penyederhanaan proses administrasi bagi usaha pemula (new business start-up).
            Sistem inovasi lokal merupakan mekanisme fundamental untuk penguatan kapasitas inovasi ditingkat lokal. Adapun aktor utama dalam sistem ini meliputi pemerintah setempat, industri, lembaga riset dan perguruan tinggi. Untuk penguatan operasi sistem inovasi lokal, pemerintah daerah perlu mengembangkan kolaborasi antara industri dan perguruan tinggi dengan menyediakan insentif untuk pengembangan usaha patungan antara pengusaha daerah dan perguruan tinggi. Pengembangan inkubator akan meningkatkan diseminasi ilmu pengetahuan dalam sistem inovasi.
            Pembentukan klaster akan mampu merangsang penumbuhan bisnis baru dan menarik perusahaan bisnis baru dari luar daerah, sehingga menigkatkan output industri dan menciptakan kesempatan kerja baru. Melalui interaksi dan berbagai sumber daya dalam jejaring, inovasi dan perbaikan teknologi dapat ditingkatkan. Dalam kaitan ini pemerintah daerah perlu menumbuhkan iklim usaha yang kondusif sesuai dengan kondisi lokal untuk pengembangan industri klaster.

Pengembangan SDM.
            Kebijakan tenaga kerja terkait erat dengan strategi pengembangan ekonomi dan kebijakan stabilitas sosial. Dan keberhasilan pada satu sisi suatu kebijakan tergantung pada keberhasilan yang lain. Unsur-unsur interaksi mempengaruhi keberhasilan kebijakan tenaga kerja meliputi seberapa baik kebijakan itu sejalan dengan seluruh strategi pengembangan ekonomi, yang juga harus membangun jejaring dengan layanan organisasi ekonomi dan sosial lain, dan bagaimana kondisi sosial dan ekonomi mempengaruhi fleksibilitas implementasinya.
            UMKM dan bisnis pemula menjadi penghela penciptaan tenaga kerja di tingkat lokal. Penumbuhan UMKM dan bisnis pemula mempunyai andil pending dalam penyusunan kebijakan tenaga kerja diberbagai wilayah. Agar kebijakan UMKM dan bisnis pemula berjalan dengan baik, otoritas pemerintah daerah harus melibatkan mereka dalam setiap proses penyusunan dan implementasi kebijakan.
            Pendirian organisasi pelatihan lokal perlu koordinasi antar pembisnis, tega ahli, dan perguruan tinggi. Masukan dari pebisnis dapat membantu menjamin kandungan pelatihan dapat merefleksikan keterampilan yang sesuai dengan alam kebutuhan pasar tenaga kerja. Otoritas daerah dapat menawarkan insentif untuk mengembangkan pelatihan keterampilan, dan mendorong partisipasi dalam pelatihan.
            Dalam era globalisasi, keterampilan yang dibutuhkan pasar berubah cepat. Tenaga kerja harus fleksibel mampu beradaptasi dengan perubahan. Oleh karena itu sangat penting untuk mempercepat kapasitas pekerja untuk mempelajari keterampilan baru, dan alih keterampilan bagi industri yang lain.

Dukungan Financial
            Pengembangan Usaha Mikro kecil dan Menengah (UMKM) biasanya diiringi dengan kebutuhan modal. UMKM yang semakin berkembang, disebabkan karena semakin besarnya pula peluang usaha yang dapat diakses.
            Dalam kondisi tersebut biasanya UMKM tidak dapat mengembangkan usahanya lebih jauh lagi, karena kurangnya dukungan dana. Di sinilah pentingnya lembaga pemberi modal memainkan peranannya, sekaligus melalukan pendampingan.
            Sejumlah mekanisme dapat dilakukan sesuai dengan keragaman kondisi yang dihadapi UMKM berkaitan dengan akses finansial. Untuk pembiayaan usaha mikro biasanya memerlukan pengembangan lembaga keuangan mikro dan ketersediaan kredit yang dapat diakses mereka.
            Lembaga keuangan mikro bisa berbentuk bank atau non bank, termasuk koperasi. Bagi usaha pemula, pengembangan jejaring lokal usaha malaikat (Business Angels) dapat mengatasi sebagian masalah mereka. Lembaga jaminan kredit termasuk di tingkat lokal juga memadai untuk pasar lokal yang lebih kecil.
            Tujuan pengembangan lembaga jaminan kredit untuk menjamin keamanan pembiayaan UMKM, membantu UMKM mengatasi keterbatasan agunan, meningkatkan minat lembaga keuangan memberikan kredit kepada UMKM dan mendukung lembaga lain yang telah  berusaha membantu UMKM, sebab selama ini perbankan tidak kondusif dalam memberikan pinjaman kredit, karena kredit yang mereka kucurkan selalu berdasarkan 5 C, yakni character, capacity, capital, condition of ecconomic, and collateral.
            Akibatnya perbankan selalu menerapkan berbagai persyaratan jaminan keamanan kredit yang disalurkannya. Apalagi mereka juga sering kali tidak membedakan persyaratan kredit antara usaha mikro atau kecil dengan usaha besar. Karena itulah pemerintah mendukung peran serta lembaga keuangan lain seperti lembaga modal ventura sebagai alternatif solusi didalam pemberdayaan UMKM.
            Keunggulan modal ventura, modal ventura adalah pembiayaan yang berbentuk penyertaan modal, pola bagi hasil, dan obligasi konversi kepada UMKM dalam jangka waktu tertentu dengan karakteristik mempunyai tingkat resiko atau modal yang ditanamkan karena bertindak sebagai investor.
            Modal ventura merupakan investasi aktif, yakni jika dipandang perlu melibatkan diri dalam pengelolaan usaha UMKM investasi bersifat sementara dan mengharapkan hasil atas investasi yang ditanamkan.
            Dibandingkan dengan perbankan, lembaga modal ventura memiliki beberapa kelebihan didalam mendukung usaha mikro, kecil dan menengah antara lain:
Pertama, lembaga modal venturamenyediakan modal seperti halnya perbankan, tetapi dengan syarat lebih sederhana dalam aspek formal maupun agunan karena lebih mengedepankan kelayakan usaha.
Kedua, selain modal, pola ventura juga menyediakan pendampingan sesuai kebutuhan UMKM, sehingga dapat berjalan lebih efektif bagi kedua pihak. Pola pendampingan ini menjadi trdemark ventura. Pendampingan ini dapat berbentuk pembinaan atau Pelatihan, konsultasi, manajemen dan perluasan pasar bagi UMKM. Ini yang menyebabkan pola modal ventura berbeda dengan perbankan. Faktor lain yang mendukung lembaga modal ventura menjadi alternatif, adalah akses jaringan di seluruh Indonesia.

Modal Awal Pendanaan
            Sejak tahun 2001, modal ventura telah menjadi mitra kementrian Koperasi dan UMKM untuk menggulirkan dana penguatan permodalan kepada usaha kecil, mengengah dan koperasi melalui program modal awal pendanaan (MAP).
            MAP ini merupakakan dana investasi untuk disalurkan kepada usaha kecil, menengah dan koperasi (UMKMK) melalui lembaga modal ventura untuk memulai atau mengembangkan bisnis UMKMK. Program MAP bertujuan melakukan pengembangan UMKMK terutama yang bernilai tambah tinggi, menstimulasi dan menggalang partisipasi berbagai pihak dalam pengembangan basis permodalan UMKMK, serta merangsang pengembangan permodalan jangka panjang bagi UMKMK melalui penyediaan dana investasi (matching fund), dengan mekanisme pengembalian pokok dana MAP oleh UMKMK dilakukan dengan diangsur atau sekaligus sesuai dengan jadwal investasi UMKMK yaitu maksimal 5 tahun.

Strategi Pemasaran.
            Di banyak daerah, masalah strategi pemasaran menjadi perhatian utama, khususnya untuk produk budaya lokal. Industri budaya lokal yang tradisional mungkin masih menggunakan metode pemasaran kadaluarsa. Ini bisa membuat industri ini mengalami penurunan.
            Tetapi, upaya mengembangkan industri budaya lokal dengan pemasaran inovatif dan modern bisa membantu meraih kembali keuntungan pasar. Kebijakan seperti ini dapat mencegah hilangnya nilai budaya dan sejarah karena dampak globalisasi.
            Produk dari industri budaya lokal merupakan ekspresi budaya dan seni, yang biasanya banyak menarik bagi pembeli asing dan memiliki potensi ekspor tinggi. Walaupun secara umum, sebagian dari industri ini adalah usaha mikro yang kesulitan pemasaran di luar negeri.
            Pengembangan e-commerce merupakan strategi yang dapat membantu memasarkan produknya keluar negeri dengan biaya yang murah. Sebelum itu, memperkecil kesenjangan digital perlu dilakukan dan sekaligus pembangunan infrastruktur internet.
            Untuk mengatasi keterbatasan ukuran dan sumber daya, pembisnis budaya lokal dapat menerapkan strategi pembangunan kerjasama, seperti kerja sama  pemasaran dengan pebisnis di industri budaya lokal dan bisnis lain yang saling menguntungkan. Para pasangan bisnis ini dapat bekerja sama untuk membangun asosiasi atau jejaring untuk mempromosikan produk.

Membangun Kemitraan
            Pembangunan daerah sebagian besar tergantung pada kemitraan antara pemerintah, pelaku bisnis dan lembaga non pemerintah. Kemitraan ini memfasilitasi koordinasi dan kerja sama. Pasangan lokal darisektor swasta dapat membantu mengekspolitasi kesempatan daerah dalam mengembangkan kebijakan dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan setempat.
            Kunci utama dari kemitraan ini adalah mekanisme untuk mengatur dan mengkoordinid secara benar sumber daya dan upaya-upaya yang berbeda dari para pelaku yang berbeda.
            Perencanaan dan implementasinya dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan kekuatan masing-masing. Selama dalam proses ini penting untuk diperhatikan, yakni membentuk jejaring kerjasama dan mengembangkan rasa saling percaya.
            Karena keterbatasan institusionalisasi, kemitraan untuk pembangunan daerah kerap kurang berjalan dengan stabil. Oleh karena itu pemerintah daerah harus memimpin di depan dalam membangun mekanisme yang lebih stabil dan formal untuk membantu memberikan kemitraan sebagai basis pelembagaan dan kemampuan merancang dan menerapkan rencana pengembangan.
            Konsep kemitaan untuk pembangunan daerah dekat hubungannya dengan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Sejalan dengan filosofi CSR, perusahaan ingin mendedikasikan dirinya untuk membangun kemitraan lokal, memperkuat kapasitas lokal, perlindungan lingkungan dan berkontribusi dana untuk pembangunan daerah.
            Kesaaran akan pentingnya CSR diantara para pebisnis menjadi prasyarat penting untuk melibatkan para pebisnis dalam kemitraan untuk pengembangan daerah. Membangun kesadaran ini merupakan bidang yang perlu menjadi perhatian pemerintah daerah,

Kesimpulan
Dari uraian-uraian dan penjelasan-penjelasan dimuka, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dalam rangka pengembangan usaha mikro kecil dan menengah sebagai kekuatan strategi untuk mempercepat pembagunan daerah Pertama; potensi pengembangan UMKM di daerah sangat besar. Kedua, pengembangan UMKM harus dilaksanakan sesuai dengan budaya lokal dan potensi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Ketiga, Sektor UMKM ini sangat berperan dalam menanggulangi masalah sosial di daerah dengan penyerapan tenaga kerja yang sanagat tinggi. Keempat, peranan peningkatan SDM, pemanfaatan teknologi, akses permodalan, akses pemasaran, akses informasi, dan manajemen sangat penting dalam mengembangkan usaha mikro. Kelima; Sumber daya alam dan sumber daya manusia serta pasar dunia  yang semakin terbuka pada era global merupakan potensi  besar jika disain dan  strategi replikasi yang meliputi kerjasama jaringan (network) pemerintah, LSM, lembaga swasta dan individu maupun kelompok di kelola secara efektif dalam bentuk kemitraan.


DAFTAR PUSTAKA

Asmara, Anjal Anie. “Pola Pemasaran Yang Efektif Untuk UKM.” Makalah disampaikan pada Seminar UKM Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global, Yogyakarta, 2 Oktober 2004.

Bank Indonesia. “Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia.” 1995.

Chang, Willian. “Rakyat Kecil di Tengah Instabilitas Sosial.” Masyarakat Versus Negara. Kompas, Jakarta, 2002.

Chandra, Purdi E. “Trik Bisnis Menuju Sukses.”  Yogyakarta, CV. Grafika Indah, 2004.

Ernawati. “Upaya Meningkatkan Peran UMKMK.” Warta Kemitraan Bagi Pengembangan Ekonomi Lokal (KPEL, Jakarta,  Edisi Oktober  Bappenas, UNDP, UN-HABITAT, 2002.

Endang, Sri Nuryani. “Peran Pemerintah Dalam Pengembangan UKM Menghadapi Pasar Global.” Makalah disampaikan pada Seminar UKM Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global, Yogyakarta, 2 Oktober 2004.

Fakih, Mansour. “Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi.” Yogyakarta, Insist Press, 2003.

Hasanullah. “Peranan PPUK Bank Indonesia Dalam Pemberian KUK oleh Perbankan Di Indonesia.” Jurnal Magister Manajemen. No. 26, Jakarta, Badan Penerbit IPWI, 1997.

Iqbal, Mohammad. M Simanjuntak, Krisni. “Solusi Jitu Bagi Pengusaha Kecil Dan Menengah.”  Jakarta,  PT. Elex Media Komputindo, 2004.

Ketetapan MPR Nomor XVI Tahun 1998 Tentang Politik Ekonomi DalamRangka Demokrasi Ekonomi.

Prawirosentono, Suryadi. “ Strategi Pengambilan Keputusan Bisnis.”  Jakarta  ,
PT. Bumi Aksara, 2002.

Rangkuti, Freddy. “Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.”  Jakarta, PT. SUN, 2000.

Retnadi, Djoko. “Menengok Kebijakan UMKM di Malaysia.” Kompas. 16 Oktober  2004.

Sarosa, Pietra. “Kiat Praktis Membuka Usaha.” Jakarta, PT. Gramedia, 2004.

Toha, Mahmud. “Indonesia Menapak Abad 21”. Kajian Ekonomi Politik. Kumpulan Tulisan Kedeputian Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK)-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Millenium Publisher. 2000.

Jurnal Koperasi & UMKM, Tabloid kerjasama Bisnis Indonesia dengan kementrian Negara Koperasi dan UMKM, edisi VI/ Oktober 2008.

Team Work Lapera. “Politik Pemberdayaan.” Yogyakarta, Lapera Pustaka Utama, 2000.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Usman, Sunyoto. “Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat.” Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004.

Widodo, Tri. “Strategi Pengolahan Sumber Modal UKM.” Makalah Disampaikan pada Seminar UKM Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global, Yogyakarta, 2 Oktober 2004.




  1. 1. Sejarah berdirinya organisasi : . Sabana fried chicken adalah sebuah usaha kaki lima yang dikelola secara modern dalam bentuk franchise( kemitraan) Calon investor hanya mengeluarkan investasi sebesar Rp 13.750 ribu. Mereka pun sudah siap menjadi pengusaha ayam goreng dengan tingkat kesuksesan yang tinggi.pendiri pola kemitraan ini adalah seorang pengusaha bernama M.syamsalis Sejak tahun 2006 silam.
  2. 2. Latar belakang berdirinya usaha :  Keprihatinan akan ketidak jelasan proses pemotongan dan kualitas daging ayam yang dikonsumsi masyarakat.  Mengingikan/mengutamakan proses pemotongan daging ayam ber kualitas,halal dan higenis.
  3. 3. Tujuan organisasi  Menghadirkan produk makanan fried chicken yang enak, halal bergizi dan aman dikonsumsi oleh masyarakat .  Dan membantu pemerintah dalam menciptakan lapangan pekerjaan serta lapangan usaha yang terjangkau
  4. 4. Business plan I. Pendahuluan  Nama perusahaan : sabana fried chicken * Alamat : jl pahlawan * cinangka kec. Sawangan no 59 depok * pemilik/owner : sofyan iskandar * penanggung jawab : norman, Se * produk : menjual ayam goreng dengan cita rasa indonesia kel.
  5. 5. II. Rangkuman eksekutif • Sabana Fried Chicken adalah salah satu bisnis Franchiseyang bergerak dibidang makanan, khususnya ayam Fried Chicken. • SFC mempunyai product ayam goreng berbumbu terigu kering
  6. 6. > Rasakan kenikmatan Sabana Fried Chicken sekarang. Harga murah dan 100% Halal karena Sabana Fried Chicken prioritas adalah kualitas. Mereka selalu dekat dengan dengan daerah Anda, dekat pemukiman / kompleks.
  7. 7. III. Analisis industri Jenis usaha ayam sfc mempunyai prospek masa depan yang menjanjikan karena telah di kenal luas di masyarakat dan mempunyai cita rasa ayam crispy dari para kompetitornya.
  8. 8. B Analisa persaingan . Contoh para pesaing usaha * java chicken * ayam kane * dobbie fried chicken
  9. 9. C. Segmentasi pasar yang dimasuki Bidang usaha ini mencari konsumen di pemukiman dan perumahan penduduk dimana lokasi yang strategis dan berada di pinggir jalan raya yang mobilitas nya ramai serta jumlah penduduk yang padat.
  10. 10. IV Deskripsi tentang usaha * Membuat produk ayam goreng dengan mengedepankan kualitas rasa maupun higienitas dan kehalalan produknya * Menawarkan peluang usaha kepada masyarakat dengan tingkat kesuksesan yang tinggi
  11. 11. V. Perlengkapan dan peralatan usaha • 1 unit gerobak • tepung terigu dan ayam yang sudah di pack( di sediakan dari perusahaan pusat • 3. bumbu bumbu • 4. wajan dan minyak goreng • 5. tabung gas 3 kg . 6. kios tempat berjualan
  12. 12. • Harga bahan baku 1 ekor Ayam = 34.500 ( 9 potong, 3 dada, 2 pa, 2 wings, 2 pb ) - Tepung 1 kg = 15.000 - Sambal 1 kantung @50 pcs =7000 - Kemasan 100 lembar = 15.000 - Kantung plastik = 7000 - Minyak goreng sunco 2ltr = 24000 - Gas 3 kg = 15.000
  13. 13. Pembelanjaan bahan baku ayam /hari - 15 ekor x 34.500 =517.500 - Tepung 5 kg ( untuk 15 ekor ayam ) = 5x15.000= 75000 - 3 kantung sambal =3x7000=21000 - Kemasan 100 lmb = 15.000 - Kantung plastik = 7000 - Minyak goreng 2ltr= 24000 - Gas 3 kg = 15.000 Total pembelanjaan bahan baku/hari = 674.500
  14. 14. Omset penjualan ayam/hari *Dada ( dada mentok, 2 dada tulang @ 7000)=21000 * PA ( 2 pa @7000)=14.000 * Wings ( 2 wings@6000)=12.000 * Pb ( 2pb@6000)=12000 Total harga penjualan 1 ekor ayam= 59.000 Omset kotor = 15x 59.000 = 885000
  15. 15. Omset bersih /hari = 885000-674.500 = 211000 Omset bersih 1 bulan = 30x211.000=6.330.000 Pengeluaran/hari Uang saku karyawan + meal = 30.000x 30= 900.000 Sewa tempat/hari =20.000x30 = 600.000 Gaji bulanan karyawan = 500.000 Total pengeluaran/bulan = 2.000.000 Omset bersih/bulan setelah dikurangi pengeluaran/bulan= 6.330.000-2.000.000 =4.330.000
  16. 16. IV. resiko dan hambatan • • Semakin banyaknya gerai-gerai yang bermunculan menjajakan ayam goreng juga dengan brand-brand yang bermacam- macam (yang bentuknya pun tidak jauh dengan Ayam Sabana beda ini). • Para pesaing yang memberi pelayanan
  17. 17. misalnya dengan menyediakan tempat untuk para pelanggan menikmati produk langsung di gerai mereka.
  18. 18. Pesan beliau untuk generasi muda “Sabar, Jujur, Berkeinginan kuat, dan Semangat. Karena hidup tak semudah membalikan telapak tangan. Jangan mudah putus asa dan terus mencoba. Karena keberhasilan belum terlihat dari sekali atau
  19. 19. kesimpulan • Usaha Sabana Fried Chicken ini memang cukup menjanjikan, karena memang brand-nya yang sudah banyak dikenal orang dan produknya pun dikenal baik juga disukai oleh para konsumen. Sehingga besar peluang bagi anda yang mungkin berminat untuk menjadikan usaha Sabana Fried Chicken ini sebagai wirausaha anda.
  20. 20. .
  21. 21. :
  22. 22. perumahan penduduk dimana lokasi yang strategis dan berada di pinggir jalan raya yang mobilitas nya ramai.